Lanjut... setelah agak dingin kita bongkar tungku untuk mempelajari konstruksinya, lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar-gambar berikut
pelajaran pertama, satu lapis bata kurang baik untuk menahan panas,
Beberapa bagian bata 'mencair' konon menurut beberapa literatur hal ini disebabkan oleh ingteraksi antara slag/terak dengan permukaan tanur, dan hal ini bisa diminimalisasi dengan penggunaan kaca berwarna hijau dan kapur untuk mengikat slag tersebut.
Penumpukan hasil pembakaran di atas tuyer
inilah hasil dari pembakaran..
momen of truth, apakan sebenarnya yang dihasilkan oleh 'makhluk ini ?
Satu..... bukan besi
Dua... besi bukan ya ??
Tiga.... hurraaaa !!!
Empat !.....
lima ....
Setelah proses pengujian berakhir...yang tersisa dan akan diproses selanjutnya adalah makhluk yang ini...Kalau, saya blang ke pande.... ini batu meteor pada percaya nggak ya ??? dari bloom seperti ini kurang lebih masih akan memakan waktu 6 jam untuk mendapatkan baja yang bisa digunakan untuk pembuatan perkakas..
oke beberapa pelajaran sudah dicatat maka langkah selanjutnya dalah membuat tanur dengan desain yang lebih efektif dan melanjutkan pencarian baja ini.
Mantap, Kang Gia ! Teruskan ! (Mau tulis lanjutkan nanti dikira kampanye, he he). Sekadar share pengalaman, untuk membedakan mana besi mana slag, langsung gebug aja di paron/anvil, kondisi dingin. Kalau slag ya pecah persis seperti baru, kalau besi ya bisa ditempa/malleable. Tapi ada juga besi yang keras, digebug gak mempan, nahh..itu yang baja, he he he..
ReplyDeleteehh..salah ketik, maksud saya pecah seperti batu, bukan baru.. (masak masih baru sudah pecah, minta garansi, ganti..he he..)
Deletesiap mas boedhi, memang sudah ada yang dicoba dipukul, yang keras udah ada juga mudah-mudahan beberapa hari ke depan ada bahan 'beneran' yang bisa dibuat bareng sama desain tungku yang baru, yang ini tuyere nya agas sedikit kurang memuaskan
DeleteLumayan ribet juga ya kang,,,
ReplyDeleteBtw,..terima kasih udah sharing experiment nya .. (y)
lynxsch..
sangat ribet,... biarin aja karena saya tidak bisa hormati satu barang dari sisi kleniknya semoga bisa hormati dari sisi susah bikinnya.. :D
Deleteck..ck..ck...salute buat Kang Gia. melalui proses untuk mendapatkan bahan akan kita akan lebih menghormati hasilnya.
ReplyDeletengopi dulu kangggg.....
ngopi mas...mungkin tak akan sebaik INFI atau bahkan 1095, tapi namanya juga bersenang-senang mas...:D
DeleteBro Gia, setahu saya dari data arkeologi, di Jawa tidak apa tambang besi atau pengolahan besi... Semua besi dan bahan pembuatan senjata seperti keris dan kujang didapat dari perdagangan.
ReplyDeleteAda banyak pasir besi di pantai selatan Jawa dari kulonprogo sampai Cilacap, tapi tidak ada data arkeologis nenek moyang kita bisa membuat peleburan besi sendiri.
Sama sepert Bro, saya juga tidak percaya kalau mereka mendapatkan keris dan kujang dengan cara mistik atau dengan bantuan Jin dan sebangsanya.
saya setuju, dan mungkin data penelitian arkeologis bisa menguatkannya. Sayang.. terkadang kesulitan menjelaskan asal muasal dan sejarah satu hal selalu dibelokkan pada hal yang berbau klenik, semoga apa yang dilakukan dan dituliskan ini sedikit banyak memberi khasanah perbesian di jawabarat khususnya yang berhubungan dengan peralatan perbesian.
Delete