oke katakanlah saya tidak percaya dengan hal tersebut dan itu hak pribadi saya untuk percaya atau tidak percaya, tapi akhirnya tidak bisa berhenti disana, sebutlah kerajaan Pajajaran, sebuah kerajaan yang seharusnya memiliki armada tempur, dan bila seorang prajurit punya senjata seberat satu kilo, bila kerajaan tersebut memiliki 10 ribu pasukan berarti harus ada 10 ton besi untuk dibuat senjata, belum lagi perlengkapan lainnya. dan darimana asal besi/baja itu ? minta sama jin ? atau meteor seberat 10 ton ?
Penjelasan paling logis saat itu menurut saya hanya ada dua, perdagangan dan membuat besi/baja sendiri, kita kesampingkan membeli baja dari negara Eropa, saya ambil pilihan kedua yaitu membuat, masih sangat kurang referensi saya tentang bagaimana cara pembuatan besi/baja saat itu tapi menurut saya pribadi teknologinya sendiri mungkin bisa disapatkan dari para pedagang juga, atau mungkin turun temurun, terus terang saya gelap dengan hal ini, tetapi yang pasti, pulau jawa memiliki bijih besi, jawa barat memiliki bijih besi, hal ini yang ingin saya pelajari,
oke cukup basa-basinya.. bisa habis semalaman hanya untuk hal ini... kita langsung saja, pelajaran pertama dari pencarian baja adalah seperti apa konstruksi dari alat untuk mengubah bijih besi menjadi besi, seperti apa tanurnya, berhubung bijih besi masih dalam proses pengadaan, maka target percobaan pertama adalah untuk mengetahui konstruksi paling tepat dari tanur pereduksi bijih besi tersebut, untuk hal ini akan dicoba untuk melebur serbuk besi bantuan dari Pandawa Pisau.
Selanjutnya proses pembuatan tanur dan penyalaan bisa diliha di gambar di bawah
Mulai dari sini nggak bisa motret sendiri..:D langsung aja ditumpuk, tinggi total 1,3 meter ukuran ini masih kira-kira.. sekali lagi kita coba aja seperti apa dulu urusan berhasil atau tidak belakangan
kira-kira 4 jam kemudian mulai penyalaan pertama, tuyer bisa dilihat di bagian kiri.
ngintip ke dalam tungku pembakaran, pada kondisi ini besi sudah dimasukan, perbandingan antara besi dan arang yang digunakan adalah 1:10, darimana perbandingan ini ? kira-kira aja... rencana semua malah nggak akan pake besi..:D
temuan pertama, satu lapis bata merah plus tanah liat tidak cukup untuk membendung panas dari dalam,
retakan tembus mulai terlihat di jam ke 3, setelah pengisian ulang sebanyak 4 kali..
lubang pembuangan terak (kelak) dibuka, dan lelehan terak kluar,
sayang tidak lanjut keluar, terak beku sebelum benar-benar keluar dan membeku menyumbat jalan
di jam ke-4, pelajaran konstruksi dihentikan, pintu pengambilan dibuka sedikit dipaksa, puanasnya minta ampun lebih panas dari forge kalo lagi nempa..
lanjut ke bagian 2
No comments:
Post a Comment