Pencarian Baja, Bagian I

Berawal dari pertanyaan mendasar yang selalu dijawab klenik oleh beberapa pande, tentang darimana besi terbaik untuk membuat kujang dan bedog. Pertanyaan ini sangat mendasar karena berkenaan dengan bahan baku pembuatan dari alat perkakas ini. Dan serunya hingga saat ini (kecuali keris yang memang tidak secara mendalam saya pelajari) untuk kujang dan bedog terbaik konon selalu menggunakan  besi hitam atau batu meteor, atau memanggil melalui perantara jin dan ternyata besi yang ditemukan... tring... sebuah kujang atau trisula, atau golok,.... nah kenapa musti dibuat lagi kujang kalau sudah ditemukan kujang..:D

oke katakanlah saya tidak percaya dengan hal tersebut dan itu hak pribadi saya untuk percaya atau tidak percaya, tapi akhirnya tidak bisa berhenti disana, sebutlah kerajaan Pajajaran, sebuah kerajaan yang seharusnya memiliki armada tempur, dan bila seorang prajurit punya senjata seberat satu kilo, bila kerajaan tersebut memiliki 10 ribu pasukan berarti harus ada 10 ton besi untuk dibuat senjata, belum lagi perlengkapan lainnya. dan darimana asal besi/baja itu ? minta sama jin ? atau meteor seberat 10 ton ?

Penjelasan paling logis saat itu  menurut saya hanya ada dua, perdagangan dan membuat besi/baja sendiri, kita kesampingkan membeli baja dari negara Eropa, saya ambil pilihan kedua yaitu membuat, masih sangat kurang referensi saya tentang bagaimana cara pembuatan besi/baja saat itu tapi menurut saya pribadi teknologinya sendiri mungkin bisa disapatkan dari para pedagang juga, atau mungkin turun temurun, terus terang saya gelap dengan hal ini, tetapi yang pasti, pulau jawa memiliki bijih besi, jawa barat memiliki bijih besi, hal ini yang ingin saya pelajari,

oke cukup basa-basinya.. bisa habis semalaman hanya untuk hal ini... kita langsung saja, pelajaran pertama dari pencarian baja adalah seperti apa konstruksi dari alat untuk mengubah bijih besi menjadi besi, seperti apa tanurnya, berhubung bijih besi masih dalam proses pengadaan, maka target percobaan pertama adalah untuk mengetahui konstruksi paling tepat dari tanur pereduksi bijih besi tersebut, untuk hal ini akan dicoba untuk melebur serbuk besi bantuan dari Pandawa Pisau.

Selanjutnya proses pembuatan tanur dan penyalaan bisa diliha di gambar di bawah



 Tiga gambar diatas adalah bahan, tanah liat dari lingkungan sekitar dan bata merah, gambar terakhir adalah bagian landasan/dasar dari tanur, setelah disusun seluruh permukaan tanur bagian dalam dilapisi dengan tanah liat setebal lebih kurang 1-2 cm

 Mulai dari sini nggak bisa motret sendiri..:D langsung aja ditumpuk, tinggi total 1,3 meter ukuran ini masih kira-kira.. sekali lagi kita coba aja seperti apa dulu urusan berhasil atau tidak belakangan

 kira-kira 4 jam kemudian mulai penyalaan pertama, tuyer bisa dilihat di bagian kiri.
 ngintip ke dalam tungku pembakaran, pada kondisi ini besi sudah dimasukan, perbandingan antara besi dan arang yang digunakan adalah 1:10, darimana perbandingan ini ? kira-kira aja... rencana semua malah nggak akan pake besi..:D

 temuan pertama, satu lapis bata merah plus tanah liat tidak cukup untuk membendung panas dari dalam,

 retakan tembus mulai terlihat di jam ke 3, setelah pengisian ulang sebanyak 4 kali..
 lubang pembuangan terak (kelak) dibuka, dan lelehan terak kluar,
 sayang tidak lanjut keluar, terak beku sebelum benar-benar keluar dan membeku menyumbat jalan

di jam ke-4,  pelajaran konstruksi dihentikan, pintu pengambilan dibuka sedikit dipaksa, puanasnya minta ampun lebih panas dari forge kalo lagi nempa..

lanjut ke bagian 2

No comments:

Post a Comment